Bebasan

A -Adhang-adhang tetese embun :njagakake barang mung sak oleh-olehe Berharap sesuatu dengan hasil apa adanya. Seperti berharap pada tetes embun. -Adigang, adigung, adiguna : ngendelake kekuwatane, kaluhurane lan kepinteran Mengandalkan kekuatan, kekuasaan dan kepintarannya. Ungkapan ini biasanya ditujukan pada orang yang sok. -Aji godhong garing (aking) : wis ora ana ajine / asor banget Sudah tidak ada harganya (hina). -Ana catur mungkur : ora gelem ngrungokake rerasan kang ora becik Tidak mau mendengarkan pergunjingan. -Ana daulate ora ana begjane : arep nemu kabegjan nanging ora sida (untub-untub) Tidak jadi mendapatkan kemuliaan/keberuntungan. -Ana gula ana semut : papan sing akeh rejekine,...
Lebih lanjut tentang - Bebasan

Radio Garuda Suriname NV

Kolo wingi, wanci kulo lagi surfing, eh ora nyono ora ngiro, nemu tulisan babagan Radio Garuda Suriname. Pas kulo coba ngrungokake, yo apik kuwi. Basa kang digawe yo boso Jawi, nanging nanggo logat Londo(mbok menawi lho!). Tembang-tembange yo nganggo...
Lebih lanjut tentang - Radio Garuda Suriname NV

Font Jawa Palsu

Menika font latin kados biasa nanging rupanipun kados aksara jawi.Download Font Jawa-Pa...
Lebih lanjut tentang - Font Jawa Palsu

Font Jawa (HaNaCaRaKa)

Menika font hanacaraka kang saghed dipun dhamel ing MS Word. Sampun kasupen, maos tata caranipun ndhamel font menika.Download Font Jawa (hanacaraka)Panduan pemaka...
Lebih lanjut tentang - Font Jawa (HaNaCaRaKa)

Sejarah Macapat

Macapat sebagai sebutan metrum puisi jawa pertengahan dan jawa baru, yang hingga kini masih digemari masyarakat, ternyata sulit dilacak sejarah penciptaanya. Purbatjaraka menyatakan bahwa macapat lahir bersamaan dengan syair berbahasa jawa tengahan, bilamana macapat mulai dikenal , belum diketahui secara pasti. Pigeud berpendapat bahwa tembang macapat digunakan pada awal periode Islam. Pernyataan Pigeud yang bersifat informasi perkiraan itu masih perlu diupayakan kecocokan tahunnya yang pasti.Karseno Saputra memperkirakan atas dasar analisis terhadap beberapa pendapat beberapa pendapat dan pernyataan. Apabila pola metrum yang digunakan pada tembang macapat sama dengan pola metrum tembang tengahan...
Lebih lanjut tentang - Sejarah Macapat

Aturan Metrum Macapat

Berdasarkan konvensi yang sejenis dan kebiasaan penggunaan secara bersama-sama dalam teks-teks sastra jawa (klasik), jenis metrum macapat berjumlah lima belas. Setiap jenis metrum memiliki aturan tertentu yang disebut Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu. Guru gatra: jumlah baris dalam satu bait Guru wilangan: jumlah suku kata dalam tiap baris Guru lagu: rima pada akhir baris Di bawah ini disajikan bagan mengenai aturan metrum macapat yang digunakan beberapa teori sastra jawa pada umumnya. Urutan tembang disusun secara alfabetis. Bagan Aturan Metrum Macapat No Nama Metrum/ Tembang Aturan 1 2. 3. 4. 5....
Lebih lanjut tentang - Aturan Metrum Macapat

Watak Sekar Macapat

Dalam tembang macapat terdapat watak yang erat kaitannya dengan isi metrum dan lagu. Dalam teks yang bermetrum Asmarandana, misalnya, watak yang dimiliki adalah rasa sedih , rindu dan mesra sehingga isi yang terkandung di dalamnya melukiskan rasa sedih, rindu dan mesra pula. Apabila teks itu didendangkan, lagunya harus sesuai dengan suasana yang terdapat dalam isinya. Dengan demikian, penggunaan suatu metrum harus sesuai dengan wataknya karena watak turut menentukan nilai keindahan tembang. Setiap tembang mempunyai watak yang berbeda dari jenis tembang yang lain. Watak tembang telah dirumuskan dalam beberapa aturan baku kesusasteraan jawa. Di bawah ini merupakan bagan perwatakan tembang macapat....
Lebih lanjut tentang - Watak Sekar Macapat